Minggu, 12 April 2009

Menjadi Dewasa

Sudah lebih dari sebulan usiaku genap 20 tahun. Bilangan yang tidak bias dibilang kecil lagi sebab selama dua puluh tahon itulah aku menghirup udara dunia ini. Dalam sebagian orang – apalagi wanita – usia dua puluh tahun tak bisa lagi dianggap sebagai remaja lagi. Meskipun terdapat beberapa ahli menggolongkannya dalam kelompok remaja lanjut dan atau dewasa awal. Tapi tetap dalam batin seorang, pada usia dua puluh tahun seseorang merasa bahwa ia harus menjadi manusia dewasa pada usia ini. Namun bagi beberapa, hal ini tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.

Usia 20 tahun adalah masa yang paling menentukan pada sosok wanita. Para wanita tidak mengenal kata hidup menunggu mereka, tetapi hidup harus diputuskan saat ini juga.

Dewasa awal merupakan satu tahap setelah masa remaja. Pada masa ini, seorang manusia memutuskan untuk bekerja atau menjalin hubungan hingga ke jenjang pernikahan. Karena itu, pada tahap dewasa awal, seseorang perlu membuat pilihan yang tepat demi menjamin masa depannya.
Pada tahap ini, manusia sudah mulai menerima dan memikul tanggung jawab yang lebih berat. Pada tahap ini juga hubungan intim mulai berlaku dan berkembang.
Karena itu, pada tahap dewasa awal seseorang akan memutuskan untuk menjadi apa. Misalnya menjadi seorang dokter, psikolog, guru atau
programmer.

"Hal ini penting diketahui dari awal agar seseorang dapat memutuskan jalan hidupnya mendatang. Baik itu dari karier maupun keluarga. Jadi jangan sampai memutuskan jalan hidupnya ketika sudah dijalani, hal seperti itu menjadi
trial and error. Padahal kondisi tersebut sudah tidak zamannya lagi, sementara saat dewasa awal adalah masa trial and passes. Trial and error hanya berlaku pada masa anak-anak saja," pungkas konsultan untuk SDM di beberapa perusahaan itu.

Seseorang pernah menuliskan dalam blognya bahwa menjadi dewasa adalah suatu pilihan. Tapi entah mengapa saya sedikit kurang setuju dengan kalimat itu. Bagi saya pribadi, menjadi dewasa memang adalah sebuah pilihan yang harus dipilih. Seseorang harus menjadi dewasa saat masanya telah menunjukkan bahwa ia harus menjadi dewasa. Mungkin ada yang kurang sependapat dengan saya, hal itu sangatlah wajar terjadi.

Namun, menjadi dewasa bukan perkara yang mudah. Saya sendiri merasa bahwa di usia saya yang berkepala dua ini, saya masih belum sepenuhnya menjadi dewasa. Seringkali tingkah laku saya bahkan seperti anak kecil. “ Namanya juga msih usaha”, bisik batin saya. Namun saya tak bisa menerima dengan begitu saja.

Menjadi dewasa harus diusahakan dan dimulai. Pembelajaran dari pengalaman yang telah kita lewati dapat menjadi acuan kita untuk melangkah lebih baik. Bebrapa tanda-tanda kedewasaan yang sering disinggung diantaranya adalah menghargai orang lain, sabar, menerima tanggung jawab, sanggup mengambil keputusan, percaya pada diri sendiri, mempunyai tujuan hidup yang realistis, mampu menerima kegagalan, mampu menerima konsekuensi atas kesalahannya tanpa mengeluh apalagi mencari kambing hitam, dsb.

Keberhasilan di level remaja awal ini akan membawa dampak besar bagi keberlangsungan hidup kita selanjutnya. Namun, kegagalan di level ini menjadikan orang mengisolasi diri, menjauh dari orang lain, dunia terasa sempit, bahkan hingga bersikap superior kepada orang lain sebagai bentuk pertahanan ego.

Jadi, sudah siapkah kita menjadi dewasa?? Cepat putuskan hidup kita akan kita bawa kemana sekarang juga. Sebab hidup kita adalah bahtera kita, dan kita adalah nahkodanya. Ingat, sebab waktu tak bisa menunggu, ia tak bisa kembali apbila telah terlewati. So…??

                                                         

 

Tidak ada komentar: