Pada posting sebelumnya telah saya nahas sekilas gambaran umum tentang stroke..sehingga pada posting kali ini, akan lebih lanjut akan dibahas tentang apakah itu stroke..
a. Pengertian Stroke
Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain selain vaskuler (Israr, 2008).
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Stroke iskemik
Yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah stroke Iskemik. Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Stroke Trombotik: proses terbentuknya thrombus yang membuat penggumpalan.
b. Stroke Embolik: Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.
c. Hipoperfusion Sistemik: Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.
2. Stroke hemoragik
Yaitu stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Stroke hemoragik ada 2 jenis, yaitu:
a. Hemoragik Intraserebral: pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak.
b. Hemoragik Subaraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).
Faktor penyebab stroke iskemik antara lain :
1. Menumpuknya lemak pada pembuluh darah yang menyebabkan mudah terjadinya pembekuan darah (aterotrombotik).
2. Benda asing dalam pembuluh darah jantung (kardioemboli).
3. Terjadinya lubang pada pembuluh darah sehingga darah bocor yang mengakibatkan aliran darah ke otak berkurang (lakunar).
4. Penyebab lain yang menyebabkan hipotensi.
Faktor penyebab stroke hemoragik :
1. Tekanan darah tinggi yang dapat menyebabkan pembuluh darah pecah
2. Terjadinya pelebaran pada pembuluh darah yang menyebabkan pembuluh darah pecah.
3. Ateroma, yaitu pembuluh darah menjadi keras dan akan pecah jika tekanan darah naik.
4. Terjadinya tumor pada pembuluh darah (Israr, 2008).
b. Faktor Risiko
Menurut (Israr, 2008) Faktor risiko stroke dibagi atas 2 jenis, faktor risiko yang dapat diubah dan tidak dapat diubah. Faktor risiko yang dapat diubah antara lain : hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi), kolesterol, aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah), gangguan jantung, diabetes, riwayat stroke dalam keluarga, migrain, merokok (aktif & pasif), makanan tidak sehat (junk food, fast food), alkohol, kurang olahraga, mendengkur, kontrasepsi oral, narkoba, serta obesitas.
Faktor resiko yang tak dapat diubah
1. Umur
Kemunduran sistem pembuluh darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia hingga makin bertambah usia makin tinggi kemungkinan mendapat stroke. Dalam statistik faktor ini menjadi 2 x lipat setelah usia 55 tahun.
2. Jenis.
Stroke diketahui lebih banyak laki-laki dibanding perempuan. Kecuali umur 35 – 44 tahun dan diatas 85 tahun, lebih banyak diderita perempuan. Hal ini diperkirakan karena pemakaian obat-obat kontrasepsi dan usia harapan hidup perempuan yang lebih tinggi dibanding laki-laki.
3. Berat Lahir Yang Rendah
Statistik di Inggris memungkinkan orang dengan berat bayi lahir rendah menunjukkan angka kematian yang lebih tinggi dibanding orang yang lahir dengan berat normal. Namun apa hubungan antara keduanya belum diketahui secara pasti.
4. Ras
Penduduk Afrika - Amerika dan Hispanic - Amerika berpotensi stroke lebih tinggi dibanding Eropa - Amerika. Pada penelitian penyakit artherosklerosis terlihat bahwa penduduk kulit hitam mendapat serangan stroke 38 % lebih tinggi dibanding kulit putih.
5. Faktor Keturunan
Adanya riwayat stroke pada orang tua menaikkan faktor resiko stroke. Hal ini diperkirakan melalui beberapa mekanisme antara lain :
a. Faktor genetik
b. Faktor life style
c. Penyakit-penyakit yang ditemukan
d. Interaksi antara yang tersebut diatas
6. Kelainan Pembuluh Darah Bawaan : sering tak diketahui sebelum terjadi stroke.
c. Gejala Awal Stroke
Menurut (Zigizig, 2008), gejala awal stroke terdiri atas :
1. Tekanan darah memuncak dengan ciri leher berasa sangat berat/kencang dan tiba- tiba sakit kepala/pusing
2. Mulut rasanya miring sebelah (mau ngiler) dan susah berbicara
3. Penglihatan kabur atau kehilangan ketajaman. Ini bisa terjadi pada satu atau dua mata.
4. Kehilangan keseimbangan (lemas mendadak), seperti kehilangan energi secara mendadak.
5. Rasa kebal atau kesemutan (seperti ditusuk jarum secara ringan ) pada salah satu sisi tubuh (punggung)
6. Muka kita mati rasa mendadak (kesemutan sebelah)
Terdapat beberapa saran untuk mengenali gejala awal stroke ini, yaitu dengan menanyakan tiga pertanyaan sederhana ini:
1. Minta orang tersebut untuk TERSENYUM.
2. Minta orang tersebut untuk MENGANGKAT KEDUA TANGANNYA.
3. Minta orang tersebut untuk MENGUCAPKAN SEBUAH KALIMAT SEDERHANA (yang masuk akal). Bila orang tersebut tidak bisa melakukan apa yang kita minta diatas atau salah satunya segera bawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan pertama selanjutnya.
Dalam pedoman umum untuk pasien stroke yang disebut FAST (face,arm,speech,and time), Siloam Hospital Lippo Village merumuskan pedoman yang praktis dalam bahasa Indonesia, yaitu AWAS; untuk mengenali gejala awal stroke dengan cepat, berikut deskripsinya (Yusak, 2009) :
1. A-apakah ada gangguan bicara?
2. W-wajah tidak simetris?
3. A-apakah anggota gerak lemah?
4. S-segera bawa ke rumah sakit!
d. Akibat Stroke
Setelah stroke, sel otak mati dan hematom yg terbentuk akan diserap kembali secara bertahap. Proses alami ini selesai dlm waktu 3 bulan. Pada saat itu, 1/3 orang yang selamat menjadi tergantung dan mungkin mengalami komplikasi yang dapat menyebabkan kematian atau cacat
Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari jumlah tersebut: 1/3 --> bisa pulih kembali, 1/3 --> mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang, 1/3 sisanya --> mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita terus menerus di kasur. Hanya 10-15 % penderita stroke bisa kembali hidup normal seperti sedia kala, sisanya mengalami cacat, sehingga banyak penderita Stroke menderita stress akibat kecacatan yang ditimbulkan setelah diserang stroke.
Akibat Stroke lainnya: 80% penurunan parsial/ total gerakan lengan dan tungkai. 80-90% bermasalah dalam berpikir dan mengingat. 70% menderita depresi. 30 % mengalami kesulitan bicara, menelan, membedakan kanan dan kiri. Stroke tak lagi hanya menyerang kelompok lansia, namum kini cenderung menyerang generasi muda yang masih produktif. Stroke juga tak lagi menjadi milik warga kota yang berkecukupan , namun juga dialami oleh warga pedesaan yang hidup dengan serba keterbatasan. Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya tingkat produktifitas serta dapat mengakibatkan terganggunya sosial ekonomi keluarga. Selain karena besarnya biaya pengobatan paska stroke , juga yang menderita stroke adalah tulang punggung keluarga yang biasanya kurang melakukan gaya hidup sehat, akibat kesibukan yang padat (Ghazali, 2009).
Senin, 19 Oktober 2009
STROKE???
SETIAP tahun, kurang lebih 15 juta orang di seluruh dunia terserang stroke. Di Amerika Serikat sekitar 5 juta orang pernah mengalami stroke. Sedangkan di Inggris sekitar 250.000 orang. Di Indonesia, stroke menyerang 35,8 % pasien usia lanjut dan 12,9 % pada usia yang lebih muda. Jumlah total penderita stroke di Indonesia diperkirakan 500.000 setiap tahun. Dari jumlah itu, sekitar 2,5% atau 250.000 orang meninggal dunia, dan sisanya cacat ringan maupun berat.
Angka kematian pada pria dan wanita relative sama, tetapi angka kematian di Negara-negara yang miskin dan sedang berkembang, jauh lebih besar dari pada angka kematian stroke di negara-negara maju. Angka kejadian stroke di Indonesia meningkat dengan tajam. Bahkan saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia, karena berbagai sebab selain penyakit degeneratif, dan terbanyak karena stres. Ini sangat memprihatinkan mengingat Insan Pasca Stroke (IPS) biasanya merasa rendah diri dan emosinya tidak terkontrol dan selalu ingin diperhatikan. Tahun 2020 diperkirakan 7.6 juta orang akan meninggal karena stroke. Stroke terjadi bila pembuluh darah di otak pecah atau tersumbat, yang mengakibatkan gejala-gejala yang berlangsung lebih dari 24 jam.
Berdasarkan penyebabnya, stroke terbagi menjadi dua :
1. Cerebral haemorrhage (stroke hemorajik), yaitu stroke yang terjadi karena pecahnya pembuluh darah.
2. Ischaemic stroke (stroke iskemik), yaitu stroke yang terjadi karena sumbatan pembuluh darah.
Stroke hemorajik mempunyai kemungkinan lebih besar menyebabkan cacat atau kematian dibandingkan stroke iskemik.
Seseorang yang pernah mengalami stroke atau stroke ringan, bisa saja mendapatkan serangan stroke ulangan. Bahkan resiko berulangnya stroke sangat tinggi. Kurang lebih dari lima pasien akan mendapat stroke sekunder dalam waktu lima tahun. Namun seiring dengan canggihnya pengobatan stroke, saat ini risiko berulangnya stroke bisa dikurangi. Asam asetil salisilat yang banyak dipakai oleh pasien stroke iskemik atau TIA dapat mengurangi risiko stroke sekunder 25 – 33 %. Saat ini yang memprihatinkan adalah meningkatnya kasus-kasus stroke pada usia muda yang diakibatkan adanya penyakit kalainan jantung bawaan, terutama kerusakan pada klep jantung, sehingga aliran darah yang menuju otak terhambat, sehingga terjadi serangan stroke. Beberapa waktu yang lalu, stroke memang dimonopoli oleh kakek nenek yang berusia 50 tahun ke atas. Tetapi sekarang, penyebab kematian nomor tiga di berbagai negara ini juga menyerang usia di bawah 45 tahun. Bahkan dalam laporan Konferensi Ahli Saraf Internasional di Inggris, diduga terdapat lebih dari 1.000 penderita stroke yang berusia kurang dari 30 tahun setiap tahunnya. Dampak yang ditimbulkan oleh stroke yang menimpa usia produktif ini, lebih berat efek psikologisnya baik untuk penderita maupun orang-orang di sekitarnya. Hal ini mereka sebagian besar adalah pencari nafkah untuk keluarga. Hal ini berakibat terhadap menurunnya tingkat produktivitas dan terganggunya sosial ekonomi keluarga. Kasus stroke meningkat di Amerika seiring dengan mewabahnya kegemukan (obesitas) dan junk food. Sayangnya, makanan dengan gaya hidup negara maju yang tinggi lemak dan kolesterol ini sudah merambah pula di Indonesia. Padahal kalau kita masih meneruskan pola makan orang tua dahulu yang kaya serat dari buah dan sayur-sayuran alami, kasus stroke ini tidak akan sebanyak sekarang.
Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis yang utama di Indonesia. Sebagian besar kejadian stroke tersebut adalah stroke non hemoragik. Stroke non hemoragik mempunyai banyak faktor resiko. Salah satunya adalah dislipidemia, yaitu peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida serta penurunan HDL kolesterol. Stroke lebih sering menyebabkan kelumpuhan / kecacatan daripada kematian. Pencegahan adalah strategi yang efektif untuk mengurangi kerusakan yang terjadi padapenyakit stroke. Hipertensi adalah faktor resiko yang paling penting untuk stroke, terutama Stroke sumbatan. Tidak ada bukti bahwa wanita lebih tahan terhadap hipertensi daripada laki-laki. Insiden stroke sebagian besar diakibatkan oleh hipertensi, sehingga kejadian stroke dalam populasi dapat dihilangkan jika hipertensi diterapi secara efektif. Peningkatan tekanan darah yang ringan atau sedang (borderline) sering dikaitkan dengan kelainan kardiovaskuler, sedangkan pada peningkatan tekanan darah yang tinggi, stroke lebih sering terjadi.
Kelainan jantung merupakan kelainan atau disfungsi organ yang mempredisposisikan timbulnya stroke. Meskipun hipertensi merupakan faktor resiko untuk semua jenis stroke, namun pada tekanan darah berapapun, gangguan fungsi jantung akan meningkatkan resiko stroke secara signifikan. Peranan gangguan jantung terhadap kejadian stroke meningkat seiring pertambahan usia .
Selain itu, total serum kolesterol, LDL maupun trigliserida yang tinggi akan meningkatkan resiko stroke iskemik ( terutama bila disertai dengan hipertensi ), karena terjadinya aterosklerosis pada arteri karotis. Diabetes meningkatkan kemungkinan aterosklerosis pada arteri koronaria, femoralis dan serebral, sehingga meningkatkan pula kemungkinan stroke sampai dua kali lipat bila dibandingkan dengan pasien tanpa diabetes. Pasien obesitas/ kegemukan memiliki tekanan darah, kadar glukosa darah dan serum lipid yang lebih tinggi, bila dibandingkan dengan pasien tidak gemuk. Hal ini meningkatkan resiko terjadinya stroke, terutama pada kelompok usia 35-64 tahun pada pria dan usia 65-94 tahun pada wanita. Namun, pada kelompok yang lain pun, obesitas mempengaruhi keadaan kesehatan, melalui peningkatan tekanan darah, gangguan toleransi glukosa dan lain-lain. Pola obesitas juga memegang peranan penting, dimana obesitas sentral dan penimbunan lemak pada daerah abdominal, sangat berkaitan dengan kelainan aterosklerosis. Meskipun riwayat stroke dalam keluarga penting pada peningkatan resiko stroke, namun pembuktian dengan studi epidemiologi masih kurang. Merokok merupakan faktor resiko tinggi terjadinya serangan jantung dan kematian mendadak, baik akibat stroke sumbatan maupun perdarahan.
Pada meta analisis dari 32 studi terpisah, termasuk studi-studi di atas, perokok memegang peranan terjadi insiden stroke, untuk kedua jenis kelamin dan semua golongan usia dan berhubungan dengan peningkatan resiko 50% secara keseluruhan, bila dibandingkan dengan bukan perokok. Resiko terjadinya stroke, dan infark otak pada khususnya, meningkat seiring dengan peningkatan jumlah rokok yang dikonsumsi, baik pada laki-laki ataupun wanita.
Di Indonesia masih belum terdapat epidemiologi tentang insidensi dan prevalensi penderita stroke secara nasional. Dari beberapa data penelitia yang minim pada populasi masyarakat didapatkan angka prevalensi penyakit stroke pada daerah urban sekitar 0,5% (Darmojo , 1990) dan angka insidensi penyakit stroke pada darah rural sekitar 50/100.000 penduduk (Suhana, 1994). Sedangkan dari data survey Kesehatan Rumah Tangga (1995) DepKes RI, menunjukkan bahwa penyakit vaskuler merupakan penyebab kematian pertama di Indonesia. Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa pencegahan dan pengobatan yang tepat pada penderita stroke merupakan hal yang sangat penting, dan pengetahuan tentang patofisiologi stroke sangat berguna untuk menentukan pencegahan dan pengobatan tersebut, agar dapat menurunkan angka kematian dan kecacatan. (Japardi, Iskandar. http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi31.pdf )
Stroke merupakan penyakit yang sering dijumpai di bidang Ilmu Penyakit Syaraf, selain merupakan penyakit serius dan meninggalkan cacat jasmani, juga meninggalkan cacat rohani yang cukup berat. Keluarga para pasien stroke tidak mampu sepenuhnya mencurahkan tenaga dan perhatiannya untuk menjadi insan pembangun karena harus menyisihkan sebagian tenaga dan waktunya untuk perawatan serta pengobatan bagi si penderita. Sedangkan penderita stroke memerlukan banyak dukungan untuk mempercepat kesembuhannya. Selain pengawasan intensif dari tim dokter yang merawat, perhatian keluarga juga sangat menentukan.
Angka kematian pada pria dan wanita relative sama, tetapi angka kematian di Negara-negara yang miskin dan sedang berkembang, jauh lebih besar dari pada angka kematian stroke di negara-negara maju. Angka kejadian stroke di Indonesia meningkat dengan tajam. Bahkan saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia, karena berbagai sebab selain penyakit degeneratif, dan terbanyak karena stres. Ini sangat memprihatinkan mengingat Insan Pasca Stroke (IPS) biasanya merasa rendah diri dan emosinya tidak terkontrol dan selalu ingin diperhatikan. Tahun 2020 diperkirakan 7.6 juta orang akan meninggal karena stroke. Stroke terjadi bila pembuluh darah di otak pecah atau tersumbat, yang mengakibatkan gejala-gejala yang berlangsung lebih dari 24 jam.
Berdasarkan penyebabnya, stroke terbagi menjadi dua :
1. Cerebral haemorrhage (stroke hemorajik), yaitu stroke yang terjadi karena pecahnya pembuluh darah.
2. Ischaemic stroke (stroke iskemik), yaitu stroke yang terjadi karena sumbatan pembuluh darah.
Stroke hemorajik mempunyai kemungkinan lebih besar menyebabkan cacat atau kematian dibandingkan stroke iskemik.
Seseorang yang pernah mengalami stroke atau stroke ringan, bisa saja mendapatkan serangan stroke ulangan. Bahkan resiko berulangnya stroke sangat tinggi. Kurang lebih dari lima pasien akan mendapat stroke sekunder dalam waktu lima tahun. Namun seiring dengan canggihnya pengobatan stroke, saat ini risiko berulangnya stroke bisa dikurangi. Asam asetil salisilat yang banyak dipakai oleh pasien stroke iskemik atau TIA dapat mengurangi risiko stroke sekunder 25 – 33 %. Saat ini yang memprihatinkan adalah meningkatnya kasus-kasus stroke pada usia muda yang diakibatkan adanya penyakit kalainan jantung bawaan, terutama kerusakan pada klep jantung, sehingga aliran darah yang menuju otak terhambat, sehingga terjadi serangan stroke. Beberapa waktu yang lalu, stroke memang dimonopoli oleh kakek nenek yang berusia 50 tahun ke atas. Tetapi sekarang, penyebab kematian nomor tiga di berbagai negara ini juga menyerang usia di bawah 45 tahun. Bahkan dalam laporan Konferensi Ahli Saraf Internasional di Inggris, diduga terdapat lebih dari 1.000 penderita stroke yang berusia kurang dari 30 tahun setiap tahunnya. Dampak yang ditimbulkan oleh stroke yang menimpa usia produktif ini, lebih berat efek psikologisnya baik untuk penderita maupun orang-orang di sekitarnya. Hal ini mereka sebagian besar adalah pencari nafkah untuk keluarga. Hal ini berakibat terhadap menurunnya tingkat produktivitas dan terganggunya sosial ekonomi keluarga. Kasus stroke meningkat di Amerika seiring dengan mewabahnya kegemukan (obesitas) dan junk food. Sayangnya, makanan dengan gaya hidup negara maju yang tinggi lemak dan kolesterol ini sudah merambah pula di Indonesia. Padahal kalau kita masih meneruskan pola makan orang tua dahulu yang kaya serat dari buah dan sayur-sayuran alami, kasus stroke ini tidak akan sebanyak sekarang.
Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis yang utama di Indonesia. Sebagian besar kejadian stroke tersebut adalah stroke non hemoragik. Stroke non hemoragik mempunyai banyak faktor resiko. Salah satunya adalah dislipidemia, yaitu peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida serta penurunan HDL kolesterol. Stroke lebih sering menyebabkan kelumpuhan / kecacatan daripada kematian. Pencegahan adalah strategi yang efektif untuk mengurangi kerusakan yang terjadi padapenyakit stroke. Hipertensi adalah faktor resiko yang paling penting untuk stroke, terutama Stroke sumbatan. Tidak ada bukti bahwa wanita lebih tahan terhadap hipertensi daripada laki-laki. Insiden stroke sebagian besar diakibatkan oleh hipertensi, sehingga kejadian stroke dalam populasi dapat dihilangkan jika hipertensi diterapi secara efektif. Peningkatan tekanan darah yang ringan atau sedang (borderline) sering dikaitkan dengan kelainan kardiovaskuler, sedangkan pada peningkatan tekanan darah yang tinggi, stroke lebih sering terjadi.
Kelainan jantung merupakan kelainan atau disfungsi organ yang mempredisposisikan timbulnya stroke. Meskipun hipertensi merupakan faktor resiko untuk semua jenis stroke, namun pada tekanan darah berapapun, gangguan fungsi jantung akan meningkatkan resiko stroke secara signifikan. Peranan gangguan jantung terhadap kejadian stroke meningkat seiring pertambahan usia .
Selain itu, total serum kolesterol, LDL maupun trigliserida yang tinggi akan meningkatkan resiko stroke iskemik ( terutama bila disertai dengan hipertensi ), karena terjadinya aterosklerosis pada arteri karotis. Diabetes meningkatkan kemungkinan aterosklerosis pada arteri koronaria, femoralis dan serebral, sehingga meningkatkan pula kemungkinan stroke sampai dua kali lipat bila dibandingkan dengan pasien tanpa diabetes. Pasien obesitas/ kegemukan memiliki tekanan darah, kadar glukosa darah dan serum lipid yang lebih tinggi, bila dibandingkan dengan pasien tidak gemuk. Hal ini meningkatkan resiko terjadinya stroke, terutama pada kelompok usia 35-64 tahun pada pria dan usia 65-94 tahun pada wanita. Namun, pada kelompok yang lain pun, obesitas mempengaruhi keadaan kesehatan, melalui peningkatan tekanan darah, gangguan toleransi glukosa dan lain-lain. Pola obesitas juga memegang peranan penting, dimana obesitas sentral dan penimbunan lemak pada daerah abdominal, sangat berkaitan dengan kelainan aterosklerosis. Meskipun riwayat stroke dalam keluarga penting pada peningkatan resiko stroke, namun pembuktian dengan studi epidemiologi masih kurang. Merokok merupakan faktor resiko tinggi terjadinya serangan jantung dan kematian mendadak, baik akibat stroke sumbatan maupun perdarahan.
Pada meta analisis dari 32 studi terpisah, termasuk studi-studi di atas, perokok memegang peranan terjadi insiden stroke, untuk kedua jenis kelamin dan semua golongan usia dan berhubungan dengan peningkatan resiko 50% secara keseluruhan, bila dibandingkan dengan bukan perokok. Resiko terjadinya stroke, dan infark otak pada khususnya, meningkat seiring dengan peningkatan jumlah rokok yang dikonsumsi, baik pada laki-laki ataupun wanita.
Di Indonesia masih belum terdapat epidemiologi tentang insidensi dan prevalensi penderita stroke secara nasional. Dari beberapa data penelitia yang minim pada populasi masyarakat didapatkan angka prevalensi penyakit stroke pada daerah urban sekitar 0,5% (Darmojo , 1990) dan angka insidensi penyakit stroke pada darah rural sekitar 50/100.000 penduduk (Suhana, 1994). Sedangkan dari data survey Kesehatan Rumah Tangga (1995) DepKes RI, menunjukkan bahwa penyakit vaskuler merupakan penyebab kematian pertama di Indonesia. Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa pencegahan dan pengobatan yang tepat pada penderita stroke merupakan hal yang sangat penting, dan pengetahuan tentang patofisiologi stroke sangat berguna untuk menentukan pencegahan dan pengobatan tersebut, agar dapat menurunkan angka kematian dan kecacatan. (Japardi, Iskandar. http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi31.pdf )
Stroke merupakan penyakit yang sering dijumpai di bidang Ilmu Penyakit Syaraf, selain merupakan penyakit serius dan meninggalkan cacat jasmani, juga meninggalkan cacat rohani yang cukup berat. Keluarga para pasien stroke tidak mampu sepenuhnya mencurahkan tenaga dan perhatiannya untuk menjadi insan pembangun karena harus menyisihkan sebagian tenaga dan waktunya untuk perawatan serta pengobatan bagi si penderita. Sedangkan penderita stroke memerlukan banyak dukungan untuk mempercepat kesembuhannya. Selain pengawasan intensif dari tim dokter yang merawat, perhatian keluarga juga sangat menentukan.
Sabtu, 03 Oktober 2009
Pada catatan kaki
Pada catatan kaki, pada sesosok ringkih.
Luap gairah tak terbendungkan
Serut dan mata kuyu memandang
Ungkap satu hasrat dan kerinduan
Seakaan dendam ini membuncah, membara dan tak membiarkan seorangpun pergi tanpa luka
Untuk kesempatan yang pertama dan kedua tak ada . sesaat rapuh ini semakin terasa
Namun ku ingin tak ada duka.
Tak ingin ada harap dan kesiaan. Semua biar berjalan seperti biasa.
Tak ada lagi tangis, apalagi airmata kesedihan
Sudah cukup bagiku. Sudah tamat episode itu.
Kenapa masih bertanya lagi?
Jika pertanyaan itu muncul dari dalam kalbu yang berbisik, maka mengapa tak ungkapkan saja dari dulu?
Pada catatan kaki aku menulis. pada sepucuk kertas yang terukir sajak sendu
soerabaiya:6 mei 08
---copas from my other blog-------
Luap gairah tak terbendungkan
Serut dan mata kuyu memandang
Ungkap satu hasrat dan kerinduan
Seakaan dendam ini membuncah, membara dan tak membiarkan seorangpun pergi tanpa luka
Untuk kesempatan yang pertama dan kedua tak ada . sesaat rapuh ini semakin terasa
Namun ku ingin tak ada duka.
Tak ingin ada harap dan kesiaan. Semua biar berjalan seperti biasa.
Tak ada lagi tangis, apalagi airmata kesedihan
Sudah cukup bagiku. Sudah tamat episode itu.
Kenapa masih bertanya lagi?
Jika pertanyaan itu muncul dari dalam kalbu yang berbisik, maka mengapa tak ungkapkan saja dari dulu?
Pada catatan kaki aku menulis. pada sepucuk kertas yang terukir sajak sendu
soerabaiya:6 mei 08
---copas from my other blog-------
Langganan:
Postingan (Atom)