Rabb……
Aku minta izin
Bila suatu saat aku jatuh hati
Jangan biarkan cinta untukMu berkurang
Hingga membuat lalai akan adanya Engkau
Rabb……
Aku punya pinta
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Penuhilah hatiku dengan bilangan cintaMu yang tak terbatas
Biar rasaku padaMu tetap utuh
Rabb…….
Izinkanlah
Bila suatu saat aku jatuh hati
Pilihkan untukku seseorang yang hatinya penuh dengan kasihMu
Dan membuatku semakin mengagumiMu
Rabb……
Bila suatu saat aku jatuh hati
Pertemukanlah kami
Berilah kami kesempatan untuk lebih mendekati
CintaMu
Rabb……
Pintaku terakhir adalah
Seandainya ku jatuh hati
Jangan pernah kau palingkan wajahMu dariku
Anugerahkanlah aku cintaMu
Cinta yang tak pernah pupus oleh waktu
Izinkanlah aku menemui kerinduanku
Rabu, 27 Januari 2010
Minggu, 24 Januari 2010
Akademos
buku ini... hmm.. begitu membuatku ingin membacanya berulang-ulang.. aku suka cara penyajian kisahnya yang cerdas dengan disertai box-box yang berisi informasi baru untuk awam yang belum begitu tahu.. semacam ensiklopedi dalam novel tersebut..
novel yang ditulis oleh seorang dosen fakultas psikologi UI ini memang keren menurutku.. dari rangkaian kata di prolog saja sudah memikat.. seperti ini kira-kira prolognya yang telah saya ketik ulang..
--------
Prolog
Kenangan bertebaran dimana-mana, seperti benda-benda langit menyebar . tiap kenanagn memantulkan cahaya seperti bintang. Beberapa menggugus rasi bintang, mengingatkan pada nama-nama scorpio, biduk, casiopea, mintuna, orion, arau waluku/ kadang muncul kenangan terang benderang seperti bulan. Sinarnya, bulatnya, sendunya, syahdunya, riangnya menggiring anak-anak bermain cahaya, misteriusnya, melankolinya. Semua merangsek dalam diri, menyorotkan gambar-gambar lama yang makin hari makin indah.
Langit seperti hati, luas tak jelas batas. Makin jauh memandang, makin tak berbatas. Mendung, cerah, juga gelap pekat dan gemuruh. Seperti dunia, hati punya cuaca: pasang-surut duka-lara, kerinduan dan kebingungan. Petir bersambaran, puyuh riuh berbelitan, banjir luapan air mata. Sekali tubrukan terjadi dalam hati seperti meteor atau komet, memercikkan arti, seperti kebencian, dendam atau iri-dengki. Di malam-malam yang suram, hati terkucil sendiri dikepung kabut bak langit pekat jauh dari b intang, jauh dari bulan, jauh dari kemesraan. Angin tak bergerak, udara sesak, hati pun menangis, terasing, tergerit. Berdarah ditikam rindu.
Di mana ujungnya langit? Di mana dasarnya hati?
Pertanyaan-pertanyaan lama. Belum juga terrjawab. Barangkali juga, tak perlu. Kita kenal langit dan isinya. Awan, matahari, bulan dan bintang di malam hari, planet-planet, lubanghitam, galaksi, meteor dan komet dan tentu saja pelangi. Warna-warna langit juga menggugah. “ Karena langit biru, ia membuatku menangis.” Keharuan biru langit terbentang dari tempat tanpa ujung lainnya. Langit juga sering mengagumkan. Pesona yang amat luas menyerap pujian, menyerap kesedihan, kerianngan, gundah-gulana, menyerap ketakmengertian.
Lalu hati, langit yang lain. Keluasan yang menyimpan suka-duka, kegundahan, kecemasan, gelisah berkepanjangan, pertanyaan-pertanyaan yang tak kunjung terjawab. Dalam hati kenangan membentuk ceritanya, membentuk sejarah rasa, sejarah yang diingat terus pada saat-saat sendiri.
Hati seperti langit, luas tak berbatas. Hati mengundang penjelajahan tak usai-usai, tak sampai-sampai, terus menyembur cerita, tak habis-habis.
Dan di sini aku dengan hati tak berbatas, bersiap membagi cerita sembari menulil kutipan pada langit, mengail paraplasme dalam hiruk pikuk, menekuri seluk beluk kesunyian. Di sini aku menjaring kenangan pada hati, menaburkannya. Di sini aku menentang geruh yang dituai lupa, menandur mimpi hamper padam. Di sini aku, sebuah solilokui gigis, pendar yang renyai, gentar dan pudar, berkeras kabarkan diri. Cahaya yang tak hendak padam.
------
tertarik membacanya juga??? hmm... pasti.. khusunya buat para pecinta sastra...
- Akademos -
novel yang ditulis oleh seorang dosen fakultas psikologi UI ini memang keren menurutku.. dari rangkaian kata di prolog saja sudah memikat.. seperti ini kira-kira prolognya yang telah saya ketik ulang..
--------
Prolog
Kenangan bertebaran dimana-mana, seperti benda-benda langit menyebar . tiap kenanagn memantulkan cahaya seperti bintang. Beberapa menggugus rasi bintang, mengingatkan pada nama-nama scorpio, biduk, casiopea, mintuna, orion, arau waluku/ kadang muncul kenangan terang benderang seperti bulan. Sinarnya, bulatnya, sendunya, syahdunya, riangnya menggiring anak-anak bermain cahaya, misteriusnya, melankolinya. Semua merangsek dalam diri, menyorotkan gambar-gambar lama yang makin hari makin indah.
Langit seperti hati, luas tak jelas batas. Makin jauh memandang, makin tak berbatas. Mendung, cerah, juga gelap pekat dan gemuruh. Seperti dunia, hati punya cuaca: pasang-surut duka-lara, kerinduan dan kebingungan. Petir bersambaran, puyuh riuh berbelitan, banjir luapan air mata. Sekali tubrukan terjadi dalam hati seperti meteor atau komet, memercikkan arti, seperti kebencian, dendam atau iri-dengki. Di malam-malam yang suram, hati terkucil sendiri dikepung kabut bak langit pekat jauh dari b intang, jauh dari bulan, jauh dari kemesraan. Angin tak bergerak, udara sesak, hati pun menangis, terasing, tergerit. Berdarah ditikam rindu.
Di mana ujungnya langit? Di mana dasarnya hati?
Pertanyaan-pertanyaan lama. Belum juga terrjawab. Barangkali juga, tak perlu. Kita kenal langit dan isinya. Awan, matahari, bulan dan bintang di malam hari, planet-planet, lubanghitam, galaksi, meteor dan komet dan tentu saja pelangi. Warna-warna langit juga menggugah. “ Karena langit biru, ia membuatku menangis.” Keharuan biru langit terbentang dari tempat tanpa ujung lainnya. Langit juga sering mengagumkan. Pesona yang amat luas menyerap pujian, menyerap kesedihan, kerianngan, gundah-gulana, menyerap ketakmengertian.
Lalu hati, langit yang lain. Keluasan yang menyimpan suka-duka, kegundahan, kecemasan, gelisah berkepanjangan, pertanyaan-pertanyaan yang tak kunjung terjawab. Dalam hati kenangan membentuk ceritanya, membentuk sejarah rasa, sejarah yang diingat terus pada saat-saat sendiri.
Hati seperti langit, luas tak berbatas. Hati mengundang penjelajahan tak usai-usai, tak sampai-sampai, terus menyembur cerita, tak habis-habis.
Dan di sini aku dengan hati tak berbatas, bersiap membagi cerita sembari menulil kutipan pada langit, mengail paraplasme dalam hiruk pikuk, menekuri seluk beluk kesunyian. Di sini aku menjaring kenangan pada hati, menaburkannya. Di sini aku menentang geruh yang dituai lupa, menandur mimpi hamper padam. Di sini aku, sebuah solilokui gigis, pendar yang renyai, gentar dan pudar, berkeras kabarkan diri. Cahaya yang tak hendak padam.
------
tertarik membacanya juga??? hmm... pasti.. khusunya buat para pecinta sastra...
- Akademos -
Langganan:
Postingan (Atom)